Satu persatu ningkellE dan ningkendE (pemuda dan pemudi) dari daerah terpencil di ujung timur Jawa Timur datang ke Jakarta untuk menuntut ilmu, daerah terpencil itu bernama Sapeken. Kedatangan generasi pertama ini memang sangat memprihatinkan berbeda dengan generasi sekarang (generasi tahun 2000 sampai tahun 2012 ) yang alhamdulillah sudah mengalami perubahan secara gradual.
Generasi terdahulu menurut ustad H. Firdaus Jakir sangat memprihatinkan.
Bayangkan menurut beliau jangankan untuk membeli keperluan yang lain untuk makan saja susah, makan harus benar-benar dihemat. Salah satu cara untuk memdapatkan uang adalah dengan bekerja diluar jam kuliah. Mahasiswa kita ada yang rela menjadi tukang kebersihan sekolah atau tempat perkuliahan dengan mengepel dan lain-lain. sungguh menyakitkan tapi apa hendak dikata memang itulah jalan yang harus ditempuh sebagai pemuda rantau yang dengan kebesaran tekad dan kesungguhan hati menuntut ilmu agama di ibukota.
Bayangkan menurut beliau jangankan untuk membeli keperluan yang lain untuk makan saja susah, makan harus benar-benar dihemat. Salah satu cara untuk memdapatkan uang adalah dengan bekerja diluar jam kuliah. Mahasiswa kita ada yang rela menjadi tukang kebersihan sekolah atau tempat perkuliahan dengan mengepel dan lain-lain. sungguh menyakitkan tapi apa hendak dikata memang itulah jalan yang harus ditempuh sebagai pemuda rantau yang dengan kebesaran tekad dan kesungguhan hati menuntut ilmu agama di ibukota.
Generasi pertama adalah perintis perjuangan ningkellE dan ningkendE Sapeken dalam menuntut ilmu Agama.
Generasi inilah yang membabat hutan untuk jalan setapak bagi generasi selanjutnya.
Kegigihan dan semangat itulah yang membuat generasi pertama ini mendapat respon positif dari beberapa tokoh lokal ataupun tokoh Nasional sehingga ada yang diangkat menjadi anak asuh ada yang di pekerjakan dan ada juga yang diberikan amanat untuk mengajar.
Generasi pertama berlalu dan datanglah generasi kedua dan ketiga. generasi ketiga ini agak berbeda dengan generasi pendahulunya karena dalam hal ekonomi agak berkecukupan sehingga terkesan heppy-heppy aja. generasi ke empat dan kelima datang. Entah generasi keberapa penulis. yang jelas Alumni Pesantren Persis no. 95 Abu Hurairah Sapeken Angkatan 16 datang ke Jakarta berjumlah empat orang (Th 1998). Sampai sekarang Aha ma Sapeken di jakarta kurang lebih 100 orang. Kami berharap agar sejarah perkembangan Ahama Sapeken yang ada di Jakarta ini untuk dicatat dan ditulis sesuai sejarah aslinya.
Catatan Sejarah:
Dalam sejarahnya di Pesantren Persis no 95 Abu Hurairah Sapeken tercatat bahwa yang paling banyak Kuliah adalah Angkatan 16 (lulus pada th 2006). Ada yang kuliah ke Jakarta 4 orang antara lain : Hidayat Rahman, Rustami, Ahyar dan Rusdianto, ke Lampung 3 orang antara lain : Rahmatul Ummah, Hayat, dan Hijrawati, Pinrang 1 orang yaitu Rahmat, Padang 2 orang anrata lain Sudarsono dan Sudarman, Kediri 1 orang Elly Agustina, Bima 1 orang Syafruddin,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar